Bongkar Tirani

Grab this Headline Animator

Bongkar Tirani

Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat... Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa... Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat? ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Sabtu, 24 Juli 2010

Kalau Aku Boleh Mengeluh...

Aku sedang susah..., Kalo aku boleh mengeluh...
Ya.. aku sedang susah...
Kau Tahu lah kawan...
Disaat ingin berbuat baik, situasi tak semakin baik
Aku sedang susah...Kalo aku boleh mengeluh...

Engkau tahu isi hatiku, semuanya sudah aku katakan, aku hanya butuh jawaban, beri keajaiban atau tidak itu saja...

Kau tahu aku bicara pada siapa? pada pencipta segala zat yang ada dialam raya dan kehidupan ini, aku bukan bicara dengan batu...

Kalau aku boleh menegluh... dan kalau aku boleh menuntut... mengapa aku terlahir untuk hidup? untuk apa aku diciptakan? jika yang terjadi hanya kehancuran diri dan dihakimi makhluk sosial lainnya...

Tak ada maafkah bagi masa lalu? jika tak mampu mengganti harus bagaimana lagi? jika hidup ini mampu membayarnya aku serahkan kehidupanku untuk kematianku... bukan kehidupanku harus mengikuti perintahmu, bukan kehidupanku harus menjadi budakkmu, tapi kehidupanku sebagai perlawananku walau terlunasi dengan darah segar, yang membawa nyawa pergi dari jasadnya...

Kalau aku boleh mengeluh... Untuk apa kita punya pemerintah jika hidup terus-terusan terus susah...

Kalau aku boleh mengeluh... Untuk apa kita punya pemerintah jika hidup terus dikondisikan menjadi miskin..., miskin harta... miskin kedamaian... miskin kebenaran dan kejujuran...

Kalau aku boleh mengeluh... untuk apa hidup jika dibuat tak hidup...
Kalau aku boleh mengeluh... untuk apa ada manusia, jika tercipta untuk saling membunuh...

Jika aku boleh mengeluh... untuk apa orang-orang mencari uang bukan mencari makan?? padahal uang hanya diciptakan oleh manusia jahat untuk saling diperebutkan dengan cara apapun... sedangkan makanan di ciptakan Tuhan untuk dicari dan dimanfaatkannya bagi kehidupan kemanusiaan, benarkah?? tak tahu lah tanya pada diri anda sendiri...

Jika aku boleh mengeluh... aku cape mengeluh terus... sebab aku ingin diam... sebab diam aku telah dibungkam... sebab bungkam aku telah dibunuh hak bersuaraku... oleh siapa? oleh orang-orang yang telah mengkondisikan, oleh orang-orang yang memegang kekuasaan, siapa mereka? Mereka yang kalian tahu...

Kalau aku boleh mengeluh... aku ingin terus teriak dan melawan!!!! bukan diam tanpa daya, sebab kecil menyimpan kekuatan besar...

kalau aku boleh mengeluh, tak tahu lagi apa yang harus aku keluhkan sebab semuanya tak pernah didengar...

Dan kalau aku boleh melakukan Revolusi, adakah yang mau mati bersama ke Frustasi-an??

Rabu, 21 Juli 2010

Di Balik Jendela

Dibalik Jendela, aku melihat kehidupan...
Berbagai macam kehidupan ada dibaliknya...

Di dalam Jendela, aku melihat keterikatan...
keterikatan oleh mimpi-mimpi yang tak pernah berhenti menghantui...

Seperti di balik jendela, mimpi-mimpi yang ada bukan hanya mimpi-mimpi yang indah melainkan juga mimpi-mimpi yang siap merubah kehidupan menjadi jahat...

benarkah dibalik jendela lebih baik, daripada di dalam jendela? begitulah yang terlintas di alam pikiran yang mengarapkan kebebesan berlari mengejar mimpi-mimpi dibalik jendela, daripada didalam jendela mimpi jahatpun tak pernah tercapai, apalagi mimpi indah...

Pernahkah kawan merasakan seperti berada dibalik jendela? kita hidup namun dan melihat, namun tak satupun yang mampu kita genggam...

Apakah ini mau kita? lalu apa yang harus kita lakukan? terlintas kembali dialam pikiran...
melawan dengan perlawanan, memecahkan kaca-kaca kehidupan yang menghadang... walau kita harus terluka sebab itu harga yang harus kita bayar untuk berada di balik jendela...

maukah kawan kita bersama-sama berada dibalik jendela? apapun yang terjadi kita harus siap, karena yang pasti dibalik jendela kita akan meraih dan menggenggamnya, walaupun itu hanya sekedar mimpi buruk?

Tapi apakah mau kita untuk hidup berada dimimpi buruk? padahal kita sudah berada dibalik jendela dan kita bisa memutar dan merubah mimpi-mimpi yang kita mau, karena kita kini hidup dibalik jendela, hidup di alam nyata, bukan didalam jendela, sebab didalam jendela seperti hidupa dialam mimpi yang penuh dengan mimpi-mimpi...

mri berjalan, setelah kita memecahkan kaca jendela yang telah mengikat kita selama ini, walau masih ada pecahan kaca yang menempel dikulit-kulit kita yang sobek bersama darah kita dibalik jendela menjadi kenangan yang tetap teringat.

Sebab semua pernah merasakan hidup di balik jendela, hidup diantara mimpi-mimpi yang juga mengejar mimpi-mimpi... tak pernah nyata walau terlihat nyata, tak pernah tersentuh walau terasa kita sudah memilikinya...

Kini kita sudah melawan dan memecahkannya, kaca-kaca mimpi yang memisahkan kita antara kenyataan dan mimpi dibalik jendela...

Minggu, 18 Juli 2010

Sepi...

Sepi... disini... hanya embusan angit genit yang menghembus dan menyentuh tubuh hingga menyentuh tulang belulangku yang terasa bergetar...

ingin kubercerita tentang semua pergumulan yang aku rasakan ini, namun tetap terasa sepi tanpa tempat untuk teriak...

Sepi...ohh.. sepi, mengapa kau mendera berasam kehidupan ini? yang keluar dalam pikiran dan hati ini, hanya rasa bingung entah harus bagaimana, sebab hanya suara dibalik telepon yang membuat ramai isi dalam jiwa ini menjadi sebuah pergumulan klasik, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada orang-orang penuntut ulah dan prilaku masa lalu.

Kini terduduk dengan kepala mengahadap kedua dengkul kaki ku, terasa gelap didalam rasa sepi ini, seolah sepi ini akan membunuh segala mimpi-mimpiku, langkahku semakin terhambat olehnya, oleh setiap pergumulan yang harus membuat aku duduk diam berpikir didalam sendiri.

Tak pernah lelahnya aku berdoa terhadap Tuhan, hingga tak mampu lagi apa yang harus di ucapkan kepada-NYA, seperti marah namun tak ingin sebab dia Tuhan yang katanya mengerti segala kehidupan anak-anaknya yang sedang lemah tak berdaya didalam sendiri dan sepinya...

Haruskah aku memutar kembali jalan kehidupanku? dengan berada didalam gelap? sebab tak ada bedanya antara sepi dan gelap?

Ohh.. Tuhan ku mulai akan berdoa lagi, jamahlah aku agar aku dekat terhadapmu, sehingga aku tak terbuai oleh sepi dan gelap yang selalu bersamaku, biarlah terang dan sukses menyertai kehidupanku, sebab aku ingin bekerja untuk pekerjaanmu Tuhan.

Dengarkanlah wahai sepi... Janganlah kau bunuh aku dengan rasa lemah, biarlah aku berteman denganmu dengan damai tanpa harus membuat aku terjatuh dalam gelap.

Hai.. sepi semoga kau mengerti apa yang aku maksud, sebab harapan itu masih ada walau hanya sedikit ada didalam jiwa yang tak berdaya ini, sebab aku sedang tertekan oleh pergumulan masa lalu yang belum terbayarkan, haruskah aku ceritakan semuanya?? padahal engkau tahu apa yang terjadi pada hidupku...

Tuhan ubahlah hidupku... aku ingin mengenalmu, akuingin damai sejahtera, dengan terbayarnya hutang-hutang masa laluku.

Tuhan kalau aku boleh mengeluh? apakah ini karma? apakah ini dosa keturunan? atau apakah ini akibat dari sistem sosial yang ada? aku sedang susah Tuhan ya.. aku sedang susah...

Aku rasa engkau mengerti dalam keluh kesah ku diantara angin-angin yang berhembus bersama sepiku...

Sepi akibat tidak mampu bergerak untuk bersosial, sepi membuat aku terdiam tanpa kawan hanya engkau yang menjadi tempat diantara sepi dan angin malam...

Bolehkah aku kini terdiam? menunggu keajaibanmu datang? melihat cara kerjamu didalam sepiku? Jika boleh aku akan diam, untuk merasakan angin malam yang menusuk-nusuk tulangku.

Rabu, 14 Juli 2010

Dalam Gelap...

Dalam Gelap Aku terduduk bersama kawan... dipinggir Stasiun gambir dengan tujuan pergi ke Yogyakarta, namun lama kunanti tak kunjung datang juga, ular besi yang akan membawa aku pergi, aku hanya terduduk diam tanpa berkata apapun terhadap kawan disampingku, aku tertunduk berdoa berharap ada nasib baik baik mengahampiri kehidupanku di Yogyakarta, Namun aku salah ternyata di Yogyakarta tak jauh dengan sodaranya Jakarta, sama-sama kejam prilaku komunitasnya, komunitas yang pernah aku geluti, saling tindas sambil berteriak anti penindasan, saling bunuh dengan menolak pembunuhan, membuat konspirasi untuk menjatuhkan dengan berteriak kepada komunitas ini untuk kepentingan rakyat?

Itulah faktanya, yang terjadi selam aku menikmati kota yogyakarta, jika ingi9n mencari uang siapa yang curang dia yang menang, namun jika ingin mencari kawan banyak sekali seniman yang siap berteman tanpa seperti mencari uang di Yogyakarta.

Tepi jalan tetap saja berada di sisi, itulah kehidupanku selalu terpinggirkan olehnya, oleh harapan, mimpi dan cita-cita yang tak kunjung tercapai, dimanakah seharusnya kau berada? padahal aku sudah pergi meninggalkan Jakarta.

Dalam gelap...

Aku kembali termenung menunggu keajaiban datang dalam hidupku, didalam gelap di pinggir jalan kereta, memandang dan bertanya sejauh manakah rel kereta ini akan terputus? karena yang ku tahu aku hanya berada di Pulau Jawa saja.

Lalu apa yang harus ku tunggu lagi? tak ada lagi yang harus di kejar, tak ada lagi yang harus diperebutkan juga, aku hanya bisa duduk diam tanpa arti, bagi diri sendiri juga bagi orang lain yang selama ini mendukung kehidupan aku, khususnya istri dan para orang tua ku.

Dalam gelap...

Hanya terdiam tanpa rasa, menikmati serbuk surga mengalir dalam darah menari dan bernyanyi di alam mimpi, bersama mereka yang masuk ke ruang khyal dan mimpiku, ketika terbangun yang ada hanyalah sebualh kegelapan yang sebelumnya tak pernah aku lihat ruang segelap ini tanpa cahaya setitikpun.

Hanya Tuhan... Yang mampu memberi Cahaya itu...

Senin, 12 Juli 2010

Benih Kehidupan...

Benih Kehidupan telah tertanam didalam tanah-tanah, tanah-tanah kering dan subur benih kehidupan tetap akan hidup, dalam genggaman kegelapan dan dalam genggam penerangan, sebab hidup tetap harus berputar....

Tak ingatkah Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, diantara taman eden yang penuh dengan terang cahaya manusia dan perempuan harus terjatuh kedalam bumi yang penuh dengan kegelapan.

berawal dari rasa ingin tahu dan ingin menikmati berkat yang belum diberikan, kini kita semua anak cucunya yang harus menanggung kesalahan mereka, hidup tak pernah kusesali namun aku selalu tak layak dimatamu...

Sehingga hidupku harus penuh dengan kejatuhan didalam kungkungan kegelapan hidup, pernah kah kau rasakan sakitnya terbuang? sakitnya dilupakan? merasakan tak punya siapa-siapa didalam alam ini?

inilah aku seperti tertanam didalam tanah, yang mengubur semua jiwa, teriakan dan jeritan penderitaan tak pernah terdengar olehnya, oleh siapapun yang melintasi tanah tempat aku tertanam.

Dimanakah cahaya benderang kehidupan? dimanakah hangatnya mentari? diamanakah air hujan? tak suburkah tanahku ini? sebab aku ingin menjadi benih kehidupan yang baru ketika aku keluar nanti dari dalam lubang ini.

Maka Tuhan aku kini hanya bisa engkau menjamah hidupku agar aku tetap dalam perlindunganmu, dari segala ancaman musuh-musuh kebenaran, sebab aku adalah benih yang unggul, benih yang kuat, tentaramu didalam peperangan, maka perlengkapi aku di medan peperangan ini.

Sebab aku benih kehidupan...

Sebab aku ingin engkau menang, di dalam namamu aku serahkan, agar semua musuh-musuhku menjadi hormat melihatku, agar darahmu membungkusnya menjadikan benteng-benteng kebenaran meyebar seperti benih yang tumbuh didmanapun tempat kehidupan berada.

Jangan buat benih ini lemah Tuhan... aku percaya engkau telah merencanakan kemenangan bagi kami benih-benih kebenaran...