Bongkar Tirani

Grab this Headline Animator

Bongkar Tirani

Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat... Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa... Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat? ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Sabtu, 07 Agustus 2010

Kematianku

Aku akan hilang bersama bayang-bayang...

Tuhan dengan malaikatnya hanya melihay aku berjalan tertatih dan sendirian diantara kegelapan kehidupan, kehidupan yang menghancurkan dan merampas semua kebahagiaan dan kebersamaanku dengannya...

Mimpi-mimpi tak akan lagi pernah tergapai... sebab kehidupanku tertutup oleh keterasingan dan ketersingkiran...

kesendirian dan keterasinganku akan menjadikan aku apa? tak pernah mampu menjadikan aku apa-apa selain melihat kematianku sendiri dan aku merasakan ketakutan diri ini...

Dan menunggu kematian datang, sebab jalan ini sudah terasa berat dan sangat jauh jika kembali masa yang terang...

Tak mungkin lagi aku mendapatkan kehidupan damai... sebab semua penyakit telah menyerang seluruh tubuh ini menjadi habis...

Orang-orang membuat aku menjadi terasingkan oleh dunia dimana tempat aku dilahirkan, hanya kebencian terhadap semuanya yang ada padaku...

hanya kemarahan yang ada setiap melihat orang-orang yang katanya akan peduli terhadap kegelapanku... Namun semua itu hanya kata-kata yang lahir dari ambisi orang-orang berjiwa penjajah...

Maka kami, aku hanya memiliki harapan lebih baik mati dari pada hidup diantara tirani yang tak bisa berubah dan tak mampu kutumbangkan dengan sendiri...

Hidupku kini menjadi sesak...
terhimpit oleh kelamnya harapan yang dirampas

Kini tangisku tak lagi mengeluarkan air mata, air mata ku menjadi kering membeku, suara pun tak mampu kukeluarkan, kecuali hanya keluar melalui tulisan-tulisan yang ada...

Hidup yang memiskinkan...
hanya memerdekan diri atau kematian yang menjadi harapan kehidupan...

Kamis, 05 Agustus 2010

Dimana Senyummu?

Dimana senyummu? dimana keterbukaan jiwa ragamu? mengapa engkau terus biarkan aku terombang-ambing tak tentu tujuan.

mentari pagi sudah meyambut suara alam bersama kicauan burung, tapi tetap saja hati terasa tak ada yang tersenyum.

Dimanakah senyummu?
Dimana kasih mu?
Haruskah kurentangkan tangan sebelah kemarahan?

Dimanakah senyummu negeri pemimpi dan frustasi. Tahukah kau aku rindu dirimu, dimana senyummu?
Apakah aku juga harus berjalan tanpa senyum semangat? saat gelisah hancurkan jiwa, saat marah tak mampu lagi aku pendam, sungguh aku sangat mencintai kamu, dimanakah senyummu?

Dimana senyummu? istriku manis, tersenyumlah dengan manis...

Saat marah menguasai jiwa tak pernah keluar senyum ini untuk dunia... saat negara merebut semuanya, sekolah kami, rumah kami, pekerjaan kami hingga orang-orang yang kami cintai... dimana senyummu? engkau diam seperti mati tanpa rasa, tidak ada marah tidak ada senyum, mengapa senyumpun masih diambil olehnya...

Dimanakah senyum harapan? haruskah tetap terdiam tanpa perlawanan, tak mampu kami berbuat kata tindakan... sebab kematian sudah menghinggapi seluruh kehidupan kami.

Langit terlihat mendung seperti gelisah ini, gong-gongan anjing tak lagi mengganggu rasa marahku, bayang wajah manismu tetap tak mampu membnagkitkan senyum kita.

Senyummu senyum kematiaan, tak pernah membuat kami memiliki apa yang seharusnya menjadi milik kami, kau rebut semuanya, kau hancurkan kedamaian kami, kau hancurkan rumah-rumah kami, kau jauhkan kami dengan keluarga kami.

dimanakah senyum tulusmu???