Bongkar Tirani

Grab this Headline Animator

Bongkar Tirani

Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat... Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa... Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat? ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us


Tanggal 24 Juni 2008 pukul 23.30 WIB, istriku Citra diperutnya merasakan mulas-mulas dan mengeluarkan cairan merah yang berlendir, lalu kami berdua segera meluncur ke Rumah Sakit Dr. Sarjito menggunakan kendaraan bermotor, setengah jam perjalanan akhirnya kami sampai di RS, lalu aku langsung membawanya ke UGD,dan istrikupun langsung ditangani secara baik oleh petugas yang ada di UGD. aku keluar mengurus administrasi pendaftaran, ketika aku masuk lagi istriku sudah tidak ada lalu aku tanya kemana pasien hamil tadi? sudah mondok diruang GBST, lalu akupun segera menuju keruangan tersebut, namun sesampainya diruangan GBST aku melihat istriku hanya terbaring kesakitan tanpa ada perawatan apapun, sesekali memang perawat memeriksakan vaginanya namun jawabannya belum ada jalan untuk keluar bayinya mungkin besok bisa pulang, apa? dia kesakitan, disuruh pulang, aku ngantuk sekali lalu aku memutuskan keluar untuk tidur sejenak dikursi rumah sakit, menjelang pagi sekitar pukul 5.30, 25 juni 2008, aku kembali keruangan istriku terbaring, aku sangat bingung melihat kondisi istriku yang merasakan kesakitan diperutnya, lalu aku hampiri kemejanya perawat lalu aku mengeluarkan pernyataan bahwa istriku adalah pasiennya dokter Dyah, tiba-tiba seorang perawat (saya tidak tahu namanya) didepan 5 orang perawat lainnya dan 2 orang pasien, mengatakan kepada saya, HIV positif ya? aku diam, jenengan juga HIV Positif? aku masih diam. kamu dan istrimu HIV Positif? lalu aku bicara, anda salah bicara seperti itu didepan umum, tidak! disini semuanya perawat tidak ada yang tahu kode b20 selain perawat, jelas-jelas aku mendengar kata-kata yang menuduh bahwa saya HIV positif padahal saya tak pernah membuka status HIV saya kepadanya, jelas-jelas juga saya melihat situasi dan kondisi yang ada disana apalagi pagi-pagi jelas kesibukan rumah sakit sudah pasti. Lalu aku pergi keluar ruangan mereka langsung membentuk tim untuk melakukan operasi Secio terhadap istriku. diluar ruangan aku telepon sahabatku edo yang semalam dia habis main dari rumah kami, lalu aku menceritakan yang terjadi barusan…,tiba-tiba perawat yang menuduhku dan istriku seorang HIV positif datang memanggilku, aku disuruh tandatangan untuk persetujuan Secio istriku, lalu dokter itu bilang Mas saya minta maaf, karena ini semua demi kebaikan istrinya… aku diam saja… setengah jam kemudian edo datang untuk mendampingiku… kemudian banyak dokumen-dokumen yang harus aku tandatangani yang aku sendiri tidak mengerti isinya apa saja, karena aku panik dan yang aku pikirkan yang penting istriku selamat… sekitar jam 10.15 istriku dibawa keruang operasi di UGD, kutunggu-tunggu prosesnya diluar ruangan sambil berharap-harap cemas sekitar jam 1 siang anakku lahir keluar dari ruang operasi dengan wajah yang sangat cantik sehat dan gemuk, berat 2,500 panjang 46 cm lingkar kepala 40, tiba-tiba datanglah dokter Dyah, sambil menceramahiku dan menyalahkan kami berdua, kamu seh dan istrimu tidak pernah kontrol sayakan juga harus memikirkan perawat-perawat saya agar tidak terinfeksi, lalu saya bilang saya tidak punya uang untuk kontrol dok.. dokter menjawab sayakan tidak pernah mempermasalahkan kamu ada uang atau tidak, lalu saya bilang lagi kenapa dokter tidak pernah bilang dari awal… lalu kami berdebat mengenai keuangan… dan aku bertanya gimana istri saya dan anak saya, anak dan istrimu terselamatkan dan selamat ya…..satu jam kemudian aku boleh menjenguk istriku selesai operasi ketika melihatnya tempat berbaring istriku dibungkus dengan kantong plastik…sambil aku kasih semangat agar segera bisa dibawa keruang perawatan berikutnya istriku harus bisa menggerakan kakinya karena efek obat biusnya membuat istriku mati rasa… satu jam kemudian istriku mulai bisa menggerakan kakinya…lalu setengah jam kemudian datang lah petugas medis dengan kostum seperti robot membawa istriku keruang perawatan diruang Anggrek, dengan hati senang aku kabarin semua orang yang aku kenal bahwa anakku lahir dengan selamat dan sehat, bertubi-tubi ucapan selamat melalui sms masuk ke hp ku… dan beberapa kerabat keluarga mulai datang ke rumah sakit untuk menjenguk citra, ketika aku dan ibu mertuaku ingin melihat babynya diruangan bayi, lalu ibu mertuaku tidak diijinkan untuk melihatnya hanya orang tuanya saja, sedih rasanya ibu tidak bisa melihat cucunya… aku lihat anakkku begitu cantik mulutnya mengunyam bergerak lalu aku elus-elus pipinya… tiba-tiba dokter datang untuk meminta keterangan kepada saya mengenai riwayat kesehatan orang tuanya dan aku jawab apa yang aku tahu dan apa adanya tak ada yang dilebihkan atau dikurangi…, lalu aku dikasih resep obat arv katanya untuk babyku… lalu aku ambil obat tersebut didepo UGD, sangat lama karena petugas depo obat ga tahu gimana caranya memberikan ARV dengan dosis yang lebih rendah sedangkan yang ada di rumah sakit duviral neviralnya untuk orang dewasa, petugasnya telepon kesana-kesini aku gatahu telpon kesiapa? tapi katanya maghrib aku kembali…pukul 18.05 wib aku datang kembali kedepo obat dengan obat yang sudah diracik dan dibungkus kertas lalu aku bawa keruangan bayi dan aku kasih kepetugas yang jaga karena dokternya sudah tidak ada…, aku melihat kembali babyku perasaanku masih sama senang!!! lalu aku keluar menghampiri keruangan Anggrek tempat istriku dirawat… tanggal 26Juni 2008, aku keluar rumah sakit untuk pulang kerumah namun aku mampir kekantor gubernur karena sedang memperingati HANI 2008, setelah itu beberapa teman pengguna napza datang lalu kami kumpul di monumen serangan oemoem 1 maret, aku mewakili Persaudaraan Korban Napza Indonesia dan teman-teman jaringan korban Napza Jogjakarta menyampaikan pernyataan sikap. setelah acaranya selesai aku kembali ke rumah sakit tiba-tiba aku dapat telepon banhwa bayiku sedang kritis, lalu aku segera keruangan baby… bayiku tiba-tiba sudah dikasih selang dimulutnya alat untuk bantu pernafasan… ketika aku melihat kondisi kulitnya seperti orang yang terkena efek samping ARV, tapi aku diam saja, lalu dokter menghampiriku dia berkata sejak semalam bayinya demam nafasnya sering hilang jadi bapak jangan jauh-jauh dari sini karena takut terjadi sesuatu aku memberanikan diri bertanya bagaimana dengan kemungkinan efek obat ARVnya dok?? obatnya tidak ada masalah, katanya. lalu aku keluar kembali keruangan istriku dirawat, istriku bertanya ayah dari mana, lalu bilang dari lihat dede… gimana kondisi dede… aku jawab dengan bohong baik karena aku gak mau istriku semakin droft kondisinya…, pukul 5 sore aku dapat kabar lagi bayiku kritis… lalu aku datang keruangan bayi, jantung bayiku sedang di pompa-pompa aku sedih anak bayi itu harus mengalami penderitaan yang seharusnya tak dialami, aku meratapi sambil menangis….sambil berharap dan berdoa agar Tuhan menyelamatkannya… lalu aku kembali ketempat istriku aku menceritakan sebenarnya bahwa bayi kita sedang kritis…, istriku sambil memaksa meminta kepadaku ingin melihatnya, karena memang sejak keluar dari perutnya istriku belum sempat melihat wajahnya…lalu aku mengantarnya keruangan bayi… sesampainya disana istriku menatapinya, lalu bertanya kepada perawat coba diperiksakan kembali, ketika diperiksa kondisinya kembali kritis,jantungnya dipompa istriku menangis histeris melihat anaknya dadanya digenjot-genjot, istriku teriak jangan-jangan digituin dadanya, lalu dokter langsung berhenti gimana neh pak jadi gak boleh saya pompa jantungnya… dengan geram juga saya persilahkan asalkan anak kami selamat… namun tiba-tiba dokter memanggil istri saya ibu kesini… tanpa ada rasa empati dokter memberitahukan bahwa anak kami telah meninggal dunia, lalu kami berdua menangis istriku lebih histeris, aku mencoba menenangkan istriku namun tidak bisa karena akupun merasa bingung kenapa terjadi seperti ini… dokter langsung bilang tunggu diruangan jenazah….dan akupun mulai mengabari berita duka ini kepada orang terdekat kami…beberapa saat kemudian datang teman-teman dan keluarga kami…, lalu bersama teman-teman aku keruangan jenazah saya minta tolong tangani jenazah bayi saya dengan baik… petugasnya bertanya anda punya biaya berapa? beberapa teman menghubungi pihak dinsos untuk mendapatkan layanan pemakaman namun pihak Dinsos hanya bisa menyediakan uang Rp. 600.000, namun petugas jenazah itu masih terus berkelit berusaha untuk mengeruk uang dari kami…tanggal 27 juni 2008, anak kami dibawa kepemakaman tidak dengan ambulance sehingga terjebak macetpun tidak ada yang peduli, kata petugasnya dengan biaya segitu mana bisa, kalau pakai ambulance harus tambah biaya 150.000 lagi, bangsat dalam hatiku….sesampainya dipemakaman anakku sempat ditolak oleh warga setempat dengan alasan anak kami anak jalanan…karena memakai jasa Dinsos… namun beberapa teman-teman bisa menyelesaikan semuanya itu… dalam Damai sejahtera anak kami bisa di makamkan dan segera menuju surga, sambil aku bisikkan dunia ini terlalu kejam untukmu nak…

Nb. pelanggaran terhadap Citra belum detail karena dia belum berani banyak cerita apa yang telah dialaminya!!

2 Tulis komentar Kalian disini...:

Anonim mengatakan...

aku terharu melihat bayimu...tapi semoga tidak ada lagi korban yang berjatuhan

Anonim mengatakan...

aku sedih bangsa ini tidak bisa melindungi rakyatnya...aku turut berduka untuk bayimu yang cantik