Bongkar Tirani

Grab this Headline Animator

Bongkar Tirani

Kalau "air mata" diserahkan kepada rakyat... Tapi... kalau "mata air" diambil oleh penguasa... Kapan "air mata" itu hilang dari mata rakyat? ataukah abadi selamanya karena kerakusan penguasa?

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Jumat, 02 Januari 2009

Kesehatan adalah HAK


Kata-kata ini terlontar dari mulut seorang dokter puskesmas dalam film No Volveran, film dokumenter yang menceritakan kisah sukses dari proses yang sedang berjalan di Venezuela, saat ini. No Volveran sendiri merupakan hasil garapan Hands Of Venezuela(HoV), sebuah jaringan solidaritas untuk mendukung revolusi rakyat Venezuela. Sejak tahun 2002, pemerintahan Hugo Chaves secara intensif menjalankan misi-misi pendidikan, kesehatan, pelayanan, dan pemberantasan kemiskinan, dengan memanfaatkan limpahan kekayaan dari minyak. Pelayanan kesehatan di Venezuela yang dikenal dengan Mission Barrio Adentro, memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada seluruh rakyat venezeula tanpa memandang latar belakang sosial. Dokter-dokter yang bekerja dalam misi ini tidak sembarangan, dedikasi mereka sangat kuat untuk revolusi dan kemanusiaan. Untuk pertama kalinya, dalam sejarah Venezuela dokter-dokter bekerja atas nama kemanusiaan bukan untuk mendapatkan profit.

Keberhasilan Venezuela bukanlah satu-satunya. Dalam film “Sicko”, garapan Michael Moore, diperlihatkan bagaimana pelayan kesehatan di Kuba yang mudah diakses oleh seluruh rakyat tanpa merogoh kocek sepeserpun. Dalam hal tekhnologi kesehatan, Kuba tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara maju. Kuba lebih dari dua tahun terakhir menginvestasikan US$150 juta untuk memodernisasi sistem perawatan kesehatan dalam upaya memperbaiki pelayanan kesehatan yang bebas biaya bagi 11 juta orang Kuba dan untuk membantu negara-negara lain atas permintaan mereka. Sejak keberhasilan revolusi Kuba pada tahun 1959, semua orang Kuba menerima pelayanan kesehatan bebas biaya. Kuba kini mempunyai 70.000 dokter dan 250.000 petugas medis.

Mahalnya Kesehatan Bagi Rakyat Indonesia

Di Indonesia, seorang ibu bernama Saodah di pisangan, Jakarta, tidak berani membawa anaknya ke Rumah Sakit karena takut dimintai biaya. Warga miskin (gakin) bernama Iis Maya (20) meninggal di rumahnya karena tidak memiliki biaya berobat, pada hari Kamis (13/2) sekitar pukul 08.00 WIB, di RT 04/03 Kelurahan Poris Plawad Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Menurut pengakuan Berto organizer Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK), organisasi yang aktif melakukan advokasi pada warga miskin yang mau berobat, rumah sakit di Jakarta umumnya susah ditembus oleh warga miskin. “biarpun warga punya SKTM, pihak rumah sakit selalu berbelit-belit dan cenderung mempersulit, kalaupun dapat pelayanan, orang miskin selalu dikasih tempat dan pelayanan yang paling murah” Ungkap Berto.

Sangat susah menemukan Dokter yang betul-betul bekerja untuk kemanusiaan di Indonesia. Rata-rata mereka akan memasang muka kerut ketika berhadapan dengan pasien miskin, seperti dalam syair lagu Iwan Fals “Ambulance Zigzag”. Kenyataan ini, tidak lepas dari sistem pendidikan dokter di Indonesia yang berbasiskan pada kapitalisme, bukan orientasi sebagai tenaga kemanusiaan. Anda mungkin tidak akan lupa dengan dedikasi dokter Kuba yang bekerja sebagai relawan di Jogjakarta pada saat gempa, mereka turun langsung ketengah-tengah korban. Umumnya, di Indonesia kita mengenal ada dokter pribadi. Akan tetapi, dokter pribadi hanya akan bisa dimiliki oleh keluarga yang bisa membayar dengan nilai yang besar. Di Kuba, sejak tahun 1984 diperkenalkan konsep dokter keluarga. Saat ini Kuba mempunyai 70.000 orang dokter yang melayani sekitar 11 juta penduduk; bandingkan dengan Indonesia, yang hanya punya sekitar 34.000 dokter untuk melayani 210 juta penduduk. Setiap dokter keluarga di Kuba melayani sekitar 600 jiwa, dan dokter keluarga ini amat berperan dalam meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan bagi mereka yang terpenting adalah mencegah agar jangan banyak masyarakat yang terkena penyakit. Indonesia menerapkan konsep Dokter Keluarga baru di tahun 2006, itupun hanya di Propinsi Sumatera Selatan dengan skala perbandingan satu dokter melayani 2.500 pasien (1:2.500). (Bacaan Rakyat, 2007).

Kesehatan adalah Hak Semua Orang

Di Kuba dan Venezuela, Kesehatan merupakan hak semua orang tanpa membedakan latar belakang kaya dan miskin. Pendapatan dokter di Kuba hanya sekitar 20-40 dollar (AS) sebulan. Memang pegawai negeri di Kuba mendapat berbagai fasilitas, termasuk subsidi untuk bahan makanan, namun pendapatan tersebut amatlah rendah karena satu liter bensin di Kuba sekitar 9 dollar (AS). Oleh karena itu, jarang sekali dokter mempunyai mobil pribadi. Bahkan, menteri kesehatan di Kuba menggunakan mobil Fiat 124 yang sudah tua dan tanpa fasilitas pendingin (AC). Motivasi utama dokter-dokter untuk bekerja adalah kesadaran dan kemanusiaan. Mereka menganggap bahwa bekerja untuk mengobati sesama manusia adalah prinsip-prinsip kemanusiaan yang telah digariskan oleh revolusi. Selain itu, pemerintah juga membentuk yang disebut “brigade kesehatan” yang terdiri dari tenaga dokter Kuba yang siap dikirimkan keberbagai negara untuk memberikan pelayanan kesehatan tanpa pamrih.

Inti keberhasilan Kuba mencetak dokter dan tenaga kesehatan yang berfikiran maju (progressif) terletak pada sistem pendidikannya yang humanis dan demokratis. Di lembaga pendidikan itu, generasi muda dididik untuk lebih optimis, menghargai kemanusiaan, berkesadaran sosial, bertanggung jawab, dan mengutamakan kolektivisme. Sangat beda dengan sistem pendidikan Indonesia yang sangat mahal sehingga hanya bisa diakses orang berduit, dengan orientasi pasar.

0 Tulis komentar Kalian disini...: